Identifikasi Bahaya K3 – Proses manajemen risiko K3 (HIRARC) dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya. Keberhasilan suatu proses manajemen risiko K3 sangat ditentukan oleh kemampuan dalam menentukan atau mengidentifikasi semua bahaya yang ada dalam kegiatan. Jika semua bahaya berhasil diidentifikasi dengan lengkap berarti perusahaan akan dapat melakukan pengelolaan secara komprehensif.
Namun jika upaya idientifikasi bahaya hanya mampu menjangkau sebagian saja dari potensi bahaya yang ada, berati masih terdapat peluang untuk terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Identifikasi bahaya adalah untuk rnenjawah pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/perusahaan dan bagaimana terjadinya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan baik.
Bagaimana melakukan identifikasi bahaya yang baik. Menurut Stuart Havrthorn I. Eng., M.I. Plant E. dalam buku Risk Management Process, cara sederhana adalah dengan melakukan pengamatan . Cobalah lihat seekor anjing atau kucing. Ada berbagai sumber bahaya pada seekor anjing seperti kuku yang runcing serta gigi tajam yang dapat merobek mangsanya. Anjing berbulu lebat yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak menyenangkan dan tidak jarang menyimpan berbagai kuman. Anjing juga memiliki gerakan yang atraktif dan dapat membahayakan.
Melalui pengamatan tersebut kita sebenarnya telah melakukan suatu identifikasi bahaya dari seekor aniing. Hal serupa dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja seperti dari mesin, proses kerja lingkungan kerja, peralatan dan material yang digunakan. Namun, pelaksanaannya tentu tidak mudah dan sederhana sehingga perlu dilakukan secara sistematis.
Masuklah ke dalam suatu bengkel mobil dan Iihat sekitarnya. Gunakan segala indera yang ada seperti penciuman, mata rasa dan telinga. Kita merasakan berbagai macam kondisi yang tidak nyaman. Hawa yang panas, bau yang menyengat, asap yang menyakitkan mata, suara yang sangat bising, ceceran minyak dan oli, barang yang bergeletakan menghalangi jalan, alat yang bergelantungan dan dapat menimpa kepala dan lainnya. Semuanya merupakan sumber bahava yang dapat mencelakakan.
Dengan mengamati kita telah melakukan identifikasi bahaya. Namun melakukan identiikasi bahaya dengan sekadar mengamati saja tentu tidak memadai, apalagi jika menghadapi kondisi operasi atau peralatan dan proses yang rumit. Bahaya di bengkel tentu berbeda dengan bahaya di kilang minyak atau pabrik kimia, proyek konstruksi, pesawat udara, kapal laut.
Oleh karena itu telah berkembang berbagai teknik dan cara mengidentifikasi bahaya sesuai dengan kebutuhan yang akan dibahas lebih rinci dalam bagian-bagian berikut ini.
Gambar 4.1. : Cara sederhana melakukan identifikasi bahaya yang baik
4.2 Tujuan Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendahan risiko tidak dijalankan.
Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:
- Mengurangi peluang kecelakaan
Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang, terjadinya kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.
Dengan melakukan identifikasi bahaya rnaka berbagai sumber bahaya yang merupakan pernicu kecelakaan dapat diketahui dan kemudian dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah:
1 : 30:300: 3000 : 30.000
Yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat dan 300 kali kecelakaan serius dan 3000 kecelakaan ringan.
Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi sumber penyebab kecelakaan yang menjadi dasar dari piramida, maka peluang untuk terjadinya kecelakaan dapat diturunkan. Oleh karena itu harus diupayakan mengidentitikasi seluruh sumber bahaya yaitu kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman Yang ada di tempat kerja.
- Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
Gambar 4.2: Rasio Kecelakaan menurut Dupontc.
c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan dilakukan.
Ingin mempelajari lebih tentang Investigasi Kecelakaan? Silahkan klik Link ini.
Sumber buku : Penerbit Dian Rakyat
Judul buku : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif k3 OHS Risk Management
Penulis : Soehatman Ramli, BE,SKM,MBA