Menstabilkan Risiko Gas Rumah Kaca
Menstabilkan Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Menstabilkan Risiko Gas Rumah Kaca – Untuk menghilangkan ancaman pemanasan global secara menyeluruh, konsentrasi gas-gas rumah kaca harus dikurangi sampai tingkat masa pra-industri. Ini merupakan tujuan yang saat ini tidak mungkin tercapai. IPCC menghitung beberapa penghematan yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat emisi yang ada saat ini.
Beberapa ciri kuncinya adalah sebagai berikut:
- Eliminasi produksi CFC pada tahun 1995 dan mungkin dari bahan-bahan pengganti yang mempunyai efek rumah kaca;
- Menghentikan penggundulan hutan pada tahun 2000, diikuti dengan reboisasi intensif;
- Reduksi emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 % dari kadar saat ini pada tahun 2020;
- Reduksi dalam peningkatan konsentrasi tahunan metana dan nitrat oksida sampai 25% dari nilai saat ini.
Tindakan untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Tidak ada masalah dalam mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam banyak hal, tindakan-tindakan tersebut cukup berarti dari segi ekologi maupun ekonomi, meskipun jika tidak ada masalah pemanasan global.
Jika kita bertindak dan tidak ada masalah, maka kita tidak rugi dan mendapa keuntungan berupa lingkungan yang lebih bersih. Jika kita tidak bertindak dan terjadi bencana, akan ada tragedi global. Jika kita tidak bertindak dan tidak ada bencana, akibatnya akan tergantung semata-mata pada peruntungan.
Konservasi energi
Banyak orang khawatir bahwa konservasi energi akan berarti penurunan dalam taraf hidup. Hal ini merupakan dongeng saja. Perhatian utama tentang tindakan konservasi energi berproporsi tinggi dan segera adalah bahwa hal ini tidak menuntut pengorbanan terhadap taraf hidup.
Yang terjadi justru sebaliknua. Konservasi membuat biaya operasional rumah tangga, bisnis dan industri lebih murah; impr energi yang lebih rendah dan investasi dalam sistem suplai energi yang lebih rendah dan masing-masing negara.
Eliminasi CFC
Menurut protokol montreal yang sudah direvisi, pembuatan dan penggunaan CFC akan dilarang sama sekali pada tahun 2000. Namun, tidak ada alasan teknis besar untuk tidak mengganti penggunaan CFC tersebut. Saat ini juga produk-produk yang dapat menggantikan CFC dan tidak merusak lapisan ozon sudah ada. Memperpanjang penggunaan CFC untuk hampir satu dasawarsa lagi berarti penambahan tidak berguna dari gas berbahaya ini ke atmosfer.
Ancaman dari sejumlah CFC yang sudah dipadukan dalam lemari es dan pendingin ruangan juga harus dipertimbangkan. Hal ini memerlukan daur ulang untuk menghancurkan jika peralatan sedang diperbaiki. Kecuali jika sudah, dikerjakan akan ada pengeluaran yang berkelanjutan dari persediaan CFC pada beberapa dekade yang akan datang.
Eliminasi CFC juga diperlukan untuk pemeliharaan lapisan ozon. Kenyataan bahwa gas-gas tersebut, jika diproyeksikan berdasarkan konsep “bisnis seperti biasa” akan menyumbangkan 20% dari efek rumah kaca pada tahun 2030, merupakan alasan mendesak untuk mengambil tindakan segera guna menghapuskan penggunaan CFC secara menyeluruh.
Menukar Bahan Bakar
Emisi gas rumah kaca dari penggunaan bahan bakar fosil yang berbeda cukup bervariasi. Untuk produksi jumlah panas atau listrik yang sama, gas alam menghasilkan karbondioksida 40% lebih sedikit daripada batu bara dan sekitar 25% lebih rendah daripada minyak. Jadi menukar sumber bahan bakar dapat menghemat emisi karbondioksida.
Pembangkit listrik tenaga nuklir tidak memancarkan karbondioksida ketika menghasilkan listrik. Pada saat ini, pembangkit nuklir mengemat emisi karbodioksida sekitar 450 juta ton pertahun. Beberapa pihak merasa bahwa hal ini dapat memainkan peranan penting dalam melawan ancaman pemanasan global. Namun, ada masalah besar lain yang dikaitkan dengan tenaga niklir: polusi radioaktif, biaya yang mahal dan penerimaan publik yang rendah.
Mengurangi Emisi Metana dan Nitrat Oksida
Metana yang dihasilkan dari padi merupakan akibat penguraian bahan organik dalam tanah ketika terendam air. Perubahan dalam praktik-praktik irigasi, dengan masa kering yang panjang, varietas padi yang menghasilkan residu lebih sedikit serta masa tumbuh yang pendek dapat menghasilkan residu lebih sedikit serta masa tumbuh yang pendek. dapat mengurangi emisi. Tetapi diperlukan cukup banyak penelitian lagi sebelum strategi dapat dirancang.
Pengetahuan tentang asal nitrat oksida yang terkumpul dalam atmosfer demikian sedikitnya sehingga strategi efektif untuk membatasinya belum dapat dirumuskan. Penggunaan pupuk yang mengandung nitrogen secara berlebihan merupakan salah satu sebab emisi utama. Hal iniharus dibatasi karena berbagai alasan lain selain pemanasan. Sumber yang berarti lainnya nampaknya adalah pembakaran hutan, yang juga harus dibatasi untuk alasan-alasan lain.
Bahan Bakar Biomasa dan Kompor Masak
Bahan bakar biomasa berasal dari kayu atau sisa-sisa tanaman pertanian yang ditanam. Bahan ini dapat digunakan secara berkelanjutan, dengan jumlah yang digunakan setara dengan jumlah yang ditanam. Jika hal ini dilakukan, tidak ada emisi karbo dioksida karena tumbuhan yang ditanam menggunakan karbon dioksida sebanyak yang dilepaskan ketika bahan dibakar. Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka ada pula penghematan karbon dioksida.
Tetapi penggunaan bahan bakar biomasa bukan merupakan pilihan yang mudah atau dapat diaplikasikan secara universal. Diperlukan pertimbangan untuk memastikan bahwa proyek bahan bakar biomasa bersifat tepat secara teknis dan ekonomis. Jika tidak ingin menambah persoalan-persoalan pada dunia sedang berkembang Proyek energi biomasa yang disponsori oleh lembaga donor dari luar sering merupakan kegagalan yang mahal, yang memakan sumber daya teknis dan keuangan dari negara penerima.
Misalnya upaya Filipina untuk mengembangkan program dendrothermal di mana listrik akan dihasilkan dalam pembangkit tenaga kayu dengan bahan bakar dari perkebunan khusus pohon cepat tumbuh, merupakan kekecewaan besar. Program ini gagal karena persoalan yang dihadapi oleh pembangkit listrik dan kegagalan sebagian besar perkebunan kayu.
Teknologi energi yang dapat diperbaharui
Penggunaan kebanyakan sumber energi yang dapat diperbaharui tidak menghasilkan emisi karbondioksida. Karena itu, meningkatkan energi dari sumber-sumber yang dapat diperbaharui dilihat sebagai unsur utama dalam strategi untuk mengurangi emisi karbondioksida. Namun, sejauh ini, kontribusi sumber-sumber energi yang dapat diperbaharui terhadap suplai energi dunia amat kecil, kecuali dari tenaga air.
Rancangan tenaga air berskala kecil mencegah timbulnya masalah-masalah ini karena tidak melibatkan volume air yang sedemikan tinggi. Namun, pemakaiannya cenderung kecil, yang dapat memenuhi tingkat konsumsi desa, bukan konsumsi perkotaan dan daerah industri yang memakai jumlah listrik terbesar.
Jadi sumber-sumber energi yang dapat diperbaharui membantu menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca dan patut didorong bila mana memungkinkan. Tetapi harus pula diakui bahwa sumber-sumber ini tidak menyediakan pemecahan yang langsung ataupun mudah.
Reboisasi
Jumlah karbon yang diserap oleh sebuah pohon yang sedang tumbuh tergantung dari spesies, iklim dan tanah; juga bervariasi berdasarkan umur pohon. Laju pertumbuhan dan dengan demikian jumlah karbon yang dibentuk, atau ditimbun, mencapai kadar tertinggi pada tahun-tahun awal dan menurun ketika pohon mencapai usia dewasa. Sebagai gambar kasar, dapat dikatakan bahwa sebuah hutan yang sedang tumbuh membentuk sekitar 10 ton karbon per hektare per tahun.
Dengan demikian, menanam pohon, bahkan pada skala besar mungkin, tidak dapat mengimbangi keseluruhan dari laju penambahan gas-gas rumah kaca ke atmosfer. Hal ini juga tidak memberikan pemecahan permanen, karena karbon yang terbentuk dalam pohon akan dilepaskan kembali ketika membusuk atau dibakar.
Walaupun demikian, komitmen untuk meningkatkan penanaman pohon oleh setiap negara akan memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca, dan juga kemudian kayu digunakan secara berkelanjutan akan ada penurunan dalam konsumsi bahan bakar fosil dan dengan demikian dalam emisinya.
Untuk pelatihan Green Building Implementation, klik Link ini.
Sumber
Judul Buku : Pemanasan Global – Siapakan yang Merasa Panas?
Penulis : Gerald Foley
Penerjemah : Hira Jhamtani
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia