Penanganan Limbah Padat
Penanganan Limbah Padat – Limbah padat atau sampah yang dihasilkan bila tidak ditangani akan menimbulkan banyak masalah pencemaran. Berikut beberapa metode pengolahan limbah pada yang telah umum diterapkan.
A. Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka atau open dumping dan metode sanitary landifill.
Pada metode penanganan limbah padat di penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode penimbunan merupakan metode kuno yang memberikan dampak negatif lain.
Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Bersama rembesan cairan tersebut. dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah.
Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai macam penyebab penyakit.
Metode sanitary landfill yang lebih modern, biasanya dibuat sistem lapisan ganda yaitu plastik dan lempung. Kemudian dibuat pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yan terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Di sebagian besar negara maju, sebagian besar proses penimbunan sampah dengan metode open dumping telah digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang melakukan metode open dumping.
Kelemahan utama penanganan sampah dengan metode penimbunan adalah cara ini memerlukan lahan yang luas. Sampah penimbunan adalah cara ini memerlukan lahan yang luas. Sampah akan terus dihasilkan sementara lahan semakin berkurang.
Sampah yang ditimbun sebagian besar sulit terdegradasi sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu yang sangat lama.
Tambahan lagi, meskipun telah menggunakan sanitary landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan beresiko meledak.
B. Insinerasi
Insinerasi dalam pembakaran limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak, bisa mencapai 90%.
Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik untuk memanaskan ruangan.
Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar dalam insinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi. Yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
C. Pembuatan Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan Indonesia, karena cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar.
Selain itu, kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk pada dan cair. Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi, kultur mikroorganisme, atau cacing tanah.
Contoh kultur mikroorganisme yang telah banyak dijual di pasaran dan dapt digunakan untuk membuat kompos adalah Effective Microorganism 4 (EM4).
EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah atau sampah organik, menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan.
EM4 mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, diantaranya Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces sp., dan Streptomyces sp., dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat menggunakan EM4 yang dikenal juga dengan bokashi.
Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah mampu menguraikan bahan organik. Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing tanah dikenal juga dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan adalah cacing dari spesies Lumbricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima defingens, dan Eisenia foetiad.
Cacing tanah akan menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah diuraikan oleh mikroorganisme. Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan kompos menyebabkan pembentukan kompos menjadi lebih efektif dan cepat
D. Daur Ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali.
Contoh beberapa jenis limbah pada yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, plastik, karet, logam berat seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya hampir sama atau sama dengan produk jenis lain.
Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur dengan aspal menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas bisa didaur ulang menjadi kaleng alumunium lagi.
Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik jenis polyetilen tertalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai produk lain, sepert baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil.
Ingin mempelajari penanganan limbah industri? Ikuti training Multikompetensi dengan mengklik Link ini
Sumber
Judul Buku : Pengelolaan Limbah Berkelanjutan
Penulis : Arif Zulkifli
Penerbit : Graha Ilmu