Pengendalian Risiko (Part 2)
2.2 Menekan Konsekuensi
Pengendalian Risiko (Part 2) – Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkannya
- Suatu risiko yang kemungkinan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena pertimbangan teknis, ekonomis atau operasi. Sebagai contoh, suatu perusahaan yang memproduksi gas Chlorine jelas tidak mungkin sepenuhnya menghilangkan risiko bahaya yang ada dalam perusahaannya. Oleh karena itu, salah satu pilihan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah bagaimana mengendalikan risiko sehingga jika terjadi kebocoran gas Chlorine dampak yang ditimbulkannya dapat ditekan seminimal mungkin.
Beragai pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsekuensi antara lain: - Tanggap darurat (Contingency Plan)
Keparahan suatu kejadian dapat ditekan jika perusahaan memiliki sistem tanggap darurat yang baik dan terencana. Sebagai contoh, tanggap darurat untuk kebakaran. Jika kebakaran dapat ditanggulangi dengan cepat dan sedini mungkin maka kerugian yang ditimbulkannya dapat ditekan. Demikian juga dengan cedera. Jika diberikan pertolongan pertama dengan cepat dan tepat. kemungkinan keparahan cedera dapat dihindarkan dan korban mungkin masih dapat diselamatkan. - Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari suatu kejadian. Dengan memakai topi keselamatan, bukan berarti pekerja tidak terkena kejatuhan benda, namun dampak dari kejatuhan tersebut dapat dikurangi. Demikian juga dengan memakai gas masker, bukan berarti tidak bisa terkena gas berbahaya, namun dampaknya berkurang karena telah tersaring oleh masker. - Sistem Pelindung
Dengan memasang sistem pelindung, dampak kejadian dapat ditekan. Misalnya dengan memasang tanggul sekeliling tangki, jika ada kebocoran atau tumpahan, maka cairan tidak akan menyebar ke daerah tumpahan, maka cairan tidak akan menyebar ke daerah sekitarnya sehingga dampak kejadian dapat dikurangi
2.3 Pengalihan Risiko (Risk Transfer)
Pengendalian Risiko (Part 2) – Opsi ketiga adalah pengalihan risiko ke pihak lain, sehingga beban risiko yang ditanggung perusahaan menurun. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
- Kontraktual, yang mengalihkan tanggung jawab K3 kepada pihak lain, misalnya pemasok atau pihak ketiga
- Asuransi, dengan menutup asuransi untuk melindungi potensi risiko yang ada dalam perusahaan
Dalam kontrak dapat diatur pembagian atau pengalihan tanggungjawab risiko kepada pihak lain, misalnya dengan pemasok barang, tenaga kerja atau jasa. Sebagai contoh suatu perusahaan yang menggunakan bahan kimia beracun dan berbahaya untuk proses produksi. Semula perusahaan tersebut memproduksi bahan tersebut di dalam pabriknya.
Untuk menekan risiko dalam proses produksi, perusahaan memutuskan untuk tidak lagi memproduksi bahan tersebut, tetapi membeli produk jadi dari pihak lain. Dengan demikian risiko dalam proses produksi bahan tersebut telah dialihkan kepada pihak lain.
Opsi kedua adalah dengan mengalihkan risiko kepada pihak asuransi. Dewasa ini opsi banyak digunakan misalnya asuransi kebakaran dan kecelakaan. Perusahaan membayar sejumlah premi yang besarnya ditentukan oleh tingkat risiko yang ada dalam perusahaan.
Pihak asuransi biasanya akan melakukan penilaian risiko sebelum menutup kontrak asuransinya. Semakin besar tingkat risiko, premi asuransi juga cenderung lebih tinggi. Namun demikian tidak seluruh risiko dapat dialihkan. Perusahaan masih menanggung sebagian risiko (residual risk) yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan.
Pengalihan kepada asuransi pada dasarnya hanya berkaitan dengan nilai aset tetapi tidak mencakup berbagai risiko lainnya dengan nilai aset tetapi tidak mencakup berbagai risiko lainnya seperti risiko kehilangan pelanggan, tuntutan hukum akibat kecelakaan, citra perusahaan dan lainnya
3. Pemilihan Teknik Pengendalian Risiko
Pemilihan teknik pengendalian resiko yang paling tepat sangat penting untuk memperoleh hasil yang paling baik. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menentukan teknik pengendalian, antara lain dengan teknik hirarki pengendalian.
Metoda lain dikembangkan oleh NASA dengan menggunakan metoda Peringkat Pengendalian (Control Rating Code). Menurut sistem ini, efektivitas pengendalian risiko ditentukan oleh dua faktor yaitu jenis dan strategi pengendalian yang dilakukan yang dapat dilihat dalam persamaan berikut:
Efektivitas Pengendalian = Jenis Pengendalian x Strategi Pengendalian
Jenis pengendalian dikategorikan menjadi 5 jenis yaitu:
- Perubahan rancangan misalnya mesin yang bising diperbaiki atau diturunkan tingkat kebisingannya dengan modifikasi pada bahan atau perlengkapannya.
- Pengaman pasif, yaitu perlengkapan yang dipasang pada sistem yang berfungsi tanpa perlu digerakkan baik dengan alat atau manusia. Misalnya bahan tahan api pada tangki timbun atau kabel listrik.
- Pengaman aktif, yaitu sistem pengaman yang berfungsi jika digerakkan baik secara manua maupun otomatis, misalnya emergency shutdown system, fire fighting.
- Alat peringatan, untuk menginformasikan adanya suatu bahaya (warning system) misalnya tanda bahaya, alarm system, lampu indikator dan lainnya.
- Alat pelindung, yaitu sistem pengaman untuk melindungi jika terjadi kegagalan operasi atau sistem pengaman utama tidak berfungsi, misalnya tanggu pada tangki timbun, relief valve, PSV (Pressure Safety Valve dan lainnya).
Selanjutnya untuk mengendalikan energi yang timbul akbiat suatu kejadian digunakan peringkat seperti:
- Eliminasi Sumbe energi, misalnya aliran listrik atau aliran bahan bakar dimatikan. Cara ini paling efektif sehingga risiko kecelakaan dapat ditekan atau dihilangkan.
- Membatasi akumulasi energi sehingga keparahan kejadian dapat dikurangi misalnya dengan menurunkan tegangan listrik, tekanan dalam pipa dan kecepatan aliran.
- Mencegah penyebaran energi sehingga tidak dapat mencapai penerima, misalnya memasang isolasi untuk aliran listrik, tutup pengaman mesin dan peredam suara.
- Memasang pelindung, untuk mengendalikan energi yang telah keluar, misalnya memasang dinding kedap suara sekitra mesin yang bising, memasang tanggul pengaman pada tangki dan lainnya.
- Merubah bentuk penyebaran energi, misalnya dengan membuat ventilasi atau saluran pembuangan agar energi tidak berakumulasi
- Pengaman pada penerima energi, misalnya dengan memakai alat keselamatan seperti tutup telinga atau kaca mata
Kombinasi antara kedua faktor diatas akan menghasilkan peringkat pengendalian yang dilakukan. Sebagai contoh, menghilangkan sumber energi bersamaan dengan perubahan rancangan memilik peringkat pertama artinya pilihan terbaik.
Sebaliknya, penyediaan alat keselamatan dan prosedur operasi memberikan peringkat 5 atau pilihan terakhir. Selanjutnya untuk bahaya tersebut dilakukan penilaian risiko (Risk Assessment) dengan menentukan probabiliti atau likelihood dan keparahan atau severity. Hasil pengendalian risiko tersebut kemudian dikombinasi sehingga memperoleh peringkat risiko.
Pengendalian risiko yang baik adalah jika peringkat pengendalian risiko lebih rendah atau sama dengan peringkat risiko. Pengendalian risiko dianggap dapat diterima (acceptable) jika nilai sisa risiko sama atau kurang dari Risk Rating Code yang dilaksanakan.
Sebagai contoh, misalnya kita akan melakukan pengendalian bahaya dari sebuah mesin yang sangat bising. Tingkat kebisingan diukur mencapai 98 dBA, padaha persyaratan yang aman adalah 85 dBA. Bagaimana strategi pengendalian yang baik.
Pengendalian yang baik adalah dengan melakukan perubahan desai atau rancangan, misalnya dengna merubah desai mesin dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Pilihan ini tentu akan membawa risiko yang sangat besar dari sisi biaya, teknologi atau operasionil. Mungkin pilihan yang diambil adalah dengan melakukan pengaman pasif, misalnya dengan memasang dinding pengaman yang kedap suara sehingga bising yang keluar dapat ditekan, misalnya menjadi 89 dBA.
Mengenai pengendalian energi, pemasangan dinding pengaman dapat dikategorikan sebagai pengurangan penyebaran energi. Dengan demikian tingkat pengendalian dengan menggunakan dinding pengaman memiliki nilai 2. Selanjutnya, kita melakukan penilaian tingkat risiko dari mesin tersebut. Probabilitas cedera karena mesin yang bising dan beroperasi selama 24 jam dinilai cukup tinggi misalnya keparahan akibat tingat kebisingan sebesar 98 dBA diperkirakan dapat menimbulkan cedera serius atau kerusakan pendengaran permanen.
4. Penerapan Pengendalian Risiko
Dalam menentukan jenis atau strategi pengendalian juga perlu mempertimbangkan masalah waktu. Ada langkah pengendalian yang dapat segera dilaksanakan, dan ada yang memerlukan waktu dan usaha yang lama.
Sebagai contoh, penyediaan APD dapat dengan segera dilaksanakan. Akan tetapi untuk melakukan langkah eliminasi atau perbaikan rancangan akan memerlukan waktu yang lama untuk dapat dilaksanakan. Namun dampak atau sasaran pengendaliannya akan berbeda.
Penggunaan APD lebih difokuskan untuk keselamatan manusia secara individu, sedangkan perbaikan rancangan seperti eliminasi dan substitusi akan menyangkut keselamtan dan kenyamanan tempat kerja secara menyeluruh.
Ingin memahami pengendalian risiko K3? Ikuti Training Multikompetensi dengan mengklik Link ini
Sumber
Judul Buku : Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3
Penulis : Soeharman Ramli, BE, SKM, MBA
Penerbit : Dian Rakyat